Minggu, 26 April 2015

SEJARAH DAERAHKU SUOH, LAMPUNG BARAT, PROVINSI LAMPUNG

     Mengunjungi wilayah Suoh merupakan perjalanan yang sarat dengan petualangan. Daerah kantong (enclave) yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ini secara administrasi berada di  wilayah di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Perjalanan ke wilayah Suoh dapat di mulai dari Kota Bandar Lampung menuju daerah Suoh melalui perjalanan darat dengan jarak tempuh ± 275 km. Menuju daerah Suoh dari Kota Bandar Lampung dapat melalui beberapa jalur, seperti Sanggi (Kota Agung), Batubrak (Liwa) atau Sekincau (lintasan masyarakat). Daerah Suoh merupakan daerah yang hingga saat ini belum terfasilitasi listrik oleh PLN, sehingga sebagian masyarakat ada yang menggunakan kincir air ataupun genset (generator) untuk penerangan rumahnya. Akses jalan di daerah Suoh juga masih dalam proses pembangunan, dimana masih banyak lintasan sungai kecil yang belum memiliki jembatan untuk menghubungkan jalan, sehingga kendaraan masyarakat Suoh harus sering melintasi sungai kecil untuk menuju tujuannya. Rata-rata kendaraan roda empat masyarakat Suoh adalah mobil hardtop.
 
     Daerah Suoh terletak di dataran rendah (lembah) dengan ketinggian ± 170-350 mdpl dan dikelilingi oleh perbukitan. Suhu maksimum di daerah ini dapat mencapai 26º C dengan banyaknya curah hujan berkisar antara 2500-3000 mm/thn. Sedangkan untuk jumlah hari hujan berkisar 186 h/thn. Untuk keadaan geografis daerah Suoh terdiri dari tanah pekarangan, persawahan, perkebunan, perladangan serta hutan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Data Kecamatan Suoh, 2005).
    
Sejarah Suoh dimulai dengan sebuah kisah, dimana daerah Suoh merupakan Way Laga yang berasal dari bahasa Lampung, yaitu “Way” dan “Laga”. Way berarti air atau sungai dan Laga berarti tarung. Jadi Way Laga adalah “air tarung” atau “kali tarung” dalam bahasa Jawa. Way Laga atau Kali Tarung merupakan batas antara Lampung Utara (sekarang Lampung Barat) dengan Lampung Selatan (sekarang Tanggamus). Lampung Utara adalah nama kabupaten dimana wilayah Suoh pada waktu itu (Palupi, 2005).  Sebelum Gunung Ratu meletus, di Suoh telah ada  pemukiman penduduk. Penduduknya terdiri dari 13 Marga, beberapa diantaranya adalah: Karang Agung, Banjar Negeri, Negeri Ratu, Bunga Lote, Bandar Setia, dan sebagainya. Mata pencarian adalah bertani dengan cara  tradisional. Pada waktu itu hasil pertaniannya sangat melimpah. Hasil panen para penduduk dikumpulkan di atas bukit yaitu di Gunung Ratu kemudian padi tersebut dibakar.  Peristiwa pembakaran padi disebut “suwah”artinya bakar. Suwah berasal dari bahasa Lampung. Bekas bakaran padi tersebut menjadi sebuah gunung yaitu Gunung Kapur. Gunung Kapur terletak di Negeri Ratu – Tanjung Jati Suwah. Penggantian nama Suwah menjadi Suoh sejak masuknya suku Jawa yang bertansmigrasi ke Lampung Barat (Palupi, 2005).

       Penduduk asli Suoh adalah orang Lampung yang berada di Pekon Hantatai. Pekon Hantatai (Bumi Hantatai) merupakan kampung lama di Suoh. Jika orang Lampung mengatakan Hantatai adalah Pekon Sumbai atau Pekon Ulu Suoh. Suoh kemudian terbagi menjadi beberapa pekon atau desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau Peratin. Terdapat 12 pekon yang menaungi wilayah Suoh (tahun 2007), Nama-nama pekon diantaranya adalah: Sumber Agung, Tugu Ratu, Banding Agung, Rowo Rejo, Srimulyo, Gunung Ratu, Sukamarga, Bandar Agung, Bumi Hantatai, Suoh dan dua pekon berikutnya yaitu Atar Lebar dan Ringin Raya. Pekon Tugu Ratu terdapat sebuah sungai yang diberi nama “Tulung Sekanda”  dikatakan Tulung Sekehendak karena pada waktu itu air sungai tersebut berpindah-pindah atau nomaden. Jadi Tulung Sekanda berarti “air sungai dengan sekehendak sendiri”.

        Penduduk Suoh saat ini bermayoritas dari suku Jawa yang berasal dari berbagai daerah di sekitar Provinsi Lampung ataupun di luar Provinsi Lampung. Misalnya berasal dari Wonosobo, Kota Bumi ataupun dari Lampung Selatan Dalam hal ini mereka pindah ke Suoh dan beranak cucu di Suoh. Walaupun di Suoh terdapat beberapa suku, (Lampung, Jawa, Sunda, Sumendo, dll) tetapi kehidupan di Suoh tetap berjalan dengan damai, karena adanya sikap saling menghormati antara suku dan agama. Pembangunan dibidang pertanian dan alat transportasi di Suoh sudah cukup maju. Alat transportasi saat ini adalah motor dan angkutan mobil hardtop. Selain itu pembangunan juga terlihat pada sarana dan prasarana peribadatan, fasilitas kesehatan (puskesmas) alat komunikasi seperti wartel dan Tower Telkomsel. Sarana dan prasarana pendidikan seperti sekolah-sekolah dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP dan SMU juga telah ada di daerah Suoh.
 
      Bicara obyek wisata yang ada di Suoh, sangatlah khas dan jarang dijumpai ditempat lain. Ciri khas diwilayah ini adalah dengan adanya empat danau yang terletak saling berdekatan namun mempunyai sifat yang berbeda-beda. Danau-danau tersebut adalah Danau Minyak yang air permukaannya terlihat berminyak dengan luas ±10 ha, Danau Asam dengan luas ±60 ha, Danau Lebar luasnya ±60 ha dan Danau Belibis sebagai habitat jenis-jenis burung air dengan luas ±3 ha. Selain danau-danau tersebut, di Suoh juga terdapat sumber-sumber air panas yang berasal dari gunung api lama yaitu Gunung Loreng. Pada saat liburan panjang atau setelah hari raya idul fitri, wilayah objek wisata di Suoh banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal yang berasal dari sekitar wilayah Kabupaten Lampung Barat hingga Kota Bandar Lampung.
 
Gamabar-gambar :
 
 




 

4 komentar:

  1. kerennnnnnnnn bingiiitttttttttttt

    BalasHapus
  2. shiit mannn !! ternyata sangat pelosok :v

    BalasHapus
  3. keren bgtttt mantap untung saya udah kesana.. jadi bisa bercerita pada khayak ramai.. kunjungi blogku ya cerita yang lengkapnya

    BalasHapus
  4. Indahnya Negeriku Indahnya Pesona Lampung.

    BalasHapus